Pesan Kesetaraan Gender dalam Pidato Perempuan Indonesia (Analisis Wacana Kritis Van Dijk dalam Pidato “Being a Modern Royal Javanese Princess” Oleh Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan “Post Feminisme Minangkabau” Oleh Ka’Bati)

Davisca, Marcella Anindita (2022) Pesan Kesetaraan Gender dalam Pidato Perempuan Indonesia (Analisis Wacana Kritis Van Dijk dalam Pidato “Being a Modern Royal Javanese Princess” Oleh Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan “Post Feminisme Minangkabau” Oleh Ka’Bati). Undergraduate thesis, Universitas Pembangunan Jaya.

[img] Text
PENDAHULUAN.pdf

Download (359kB)
[img] Text
ABSTRACT.pdf

Download (120kB)
[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (108kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.pdf

Download (60kB)
[img] Text
DAFTAR GAMBAR.pdf

Download (82kB)
[img] Text
DAFTAR TABEL .pdf

Download (41kB)
[img] Text
DAFTAR LAMPIRAN.pdf

Download (41kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (209kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (240kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (167kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (339kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (105kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (131kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf

Download (779kB)

Abstract

Selama ini bahasa digunakan masyarakat budaya patriarki untuk melanggengkan konstruksi perbedaan gender. Sehingga penting dan menarik meneliti wacana kesetaraan gender di Indonesia yang kental dengan budaya patriarki, terlebih bila disuarakan oleh perempuan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur teks pidato yang disampaikan GKR Hayu dan Ka’Bati, mewakili etnis Jawa dan Padang yang memiliki perbedaan pandangan terkait kesetaraan gender. Adapun metode yang digunakan analisis wacana kritis Van Dijk yang dibatasi pada level teksuntuk menganalisis struktur teks makro, superstruktur dan mikro pidato dengan judul “Being a Modern Royal Japanese Princess” dan “Post Feminisme Minangkabau”. Hasil penelitian menemukan tema besar (makro) pidato adalah kesetaraan gender yang dapat menjadi wacana pencerahan bagi masyarakat yang masih kental dengan budaya patriarki. Sedangkan secara superstruktur, kedua teks pidato memiliki tiga bagian yang berupaya menjelaskan konteks latar belakang, ide kesetaraan gender dan upaya persuasi penyadaran kesetaraan gender dalam konteks budaya Jawa (GKR Hayu) yang menganut sistem kekerabatan partrilineal yang memposisikan laki-laki memiliki peran yang penting di segala aspek kehidupan daripada perempuan. Sebaliknya, budaya Minang (Ka’Bati) yang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Meski demikian, perempuan yang memegang garis kekerabatan matrilineal masih dihadapkan dengan terbatasnya hak dan kesempatan yang ia dapat di masyarakat. Sementara, pada bagian mikro, teks pidato berfokus pada unsur semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris pesan kesetaraan gender.

Item Type: Karya Tulis Ilmiah (KTI) (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kesetaraan Gender, Budaya Patriarki, Analisis Wacana Kritis, Gusti Kanjeng Ratu Hayu, Ka’Bati
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
H Social Sciences > HQ The family. Marriage. Woman
Divisions: Fakultas Humaniora dan Bisnis > Prodi Ilmu Komunikasi
Depositing User: Mrs Marcella Anindita Davisca
Date Deposited: 06 Jul 2022 08:21
Last Modified: 07 Jul 2022 00:45
URI: http://eprints.upj.ac.id/id/eprint/2840

Actions (login required)

View Item View Item